Hj Samson Sameon , pensiunan PNS DKI Jakarta, yang baru naik
haji 7 kali, berencana untuk menjalankan usaha musiman, yang telah dia jalankan
selama bertahun-tahun, yaitu menjual kambing korban pada musim Lebaran Haji.
Anty Chorupsy, putri Hj Samson, ingin menyenangkan orang
tuanya dengan menyediakan modal sebesar Rp 80 juta. Uang itu adalah hasil
komisi yang diterima oleh Anty yang berkarya sebagai seorang Accounts Executive
di pialang berjangka di Jakarta.
Hj Samson tidak setuju dengan karir yang dipilih oleh anak
semata wayangnya, dengan dalih, bahwa perdagangan berjangka adalah judi. Disisi
lain argumentasi Anty adalah, perdagangan berjangka adalah suatu usaha yang
butuh kepiawaian, kejelian dan disiplin untuk bisa menghasilkan. Dalam waktu 4
bulan, Anty, lulusan SMA, mendalami dan meningkatkan kemampuan dia dengan
membaca beberapa buku serta mengikuti pelatihan-pelatihan yang tersedia. Dengan
gaya yang supel, Anty juga mencari dan berteman dengan beberapa Trainer/Trader
guna untuk memperluas wawasannya.
Posisi Hj Samson dan Anty, adalah sama, sebagai spekulan,
perbedaannya adalah pasarnya. Hj Samson menjadi spekulan di pasar fisik,
sedangkan Anty bergerak di pasar berjangka dengan cakupan secara global.
Spekulan ada dimana-mana, sebutan Bang Ijon, adalah spekulan yang bergerak di
pasar fisik dengan menyediakan modal bagi para petani, dengan catatan petani
hanya boleh jual hasil panennya kepada Bang Ijon, dengan harga yang ditentukan
oleh Bang Ijon.
Sementara Anty, seorang spekulan di pasar berjangka, yang
awal mulanya perdagangan berjangka dilakukan di bursa berjangka, tetapi dengan
kemajuan teknologi, perdagangan berjangka menjadi produk OTC-over the counter,
transaksi menjadi lebih mudah dengan biaya lebih murah.
Tiga minggu sebelum Lebaran Haji, Hj Samson dan anak buahnya
memasang pagar di trotoar di Jl Tanah Abang, lokasi yang ditempati
bertahun-tahun sebagai lapak jualan kambing korban. Tetapi, kali ini ada yang
tidak beres. Ada beberapa petugas Satpol PP datangi Hj Samson dan dengan berat
hati, sang Ketua Regu melarang aktivitas penyiapan lapak oleh anak buah Hj
Samson. Setelah beberapa adu mulut dan cek-cok, akhirnya Hj Samson menyerah
setelah ditunjukkan Perda yang diterbitkan oleh Gubenur DKI yang baru. Hj
Samson terpaksa memindahkan lapaknya ke lokasi yang disediakan oleh pihak Pemda
DKI, yang dinilai tidak bagus karena jauh dari keramaian dan pastinya sepi.
Spekulan di pasar fisik terekspos kepada resiko yang tidak
jelas karena aturan mainnya lebih sering dilakukan dengan menggunakan otot
ketimbang otak. Di sini juga adalah lahan basah bertumbuh biak premanisme.
Apabila kita melihat spekulan dipasar berjangka, hidup dan usaha mereka sangat
berbeda. Seorang spekulan, atau trader, harus menguasai ilmu analisa pasar untuk
menentukan transaksi dan strategi yang ingin dipakai untuk mencari keuntungan.
Peraturan di perdagangan berjangka semuanya sudah jelas dan baku, sehingga,
resiko yang dihadapi boleh di minimalisirkan.
Bursa Berjangka adalah wadah dimana produsen dan konsumen
bertemu untuk melakukan transaksi jual beli. Penjual secara alami ingin menjual
dengan harga setinggi mungkin, sebaliknya, pembeli ingin membeli dengan harga
serendah mungkin. Datanglah kelompok ketiga, yaitu spekulan, yang bertindak
sebagai wasit. Spekulan bertransaksi dengan mencari keuntungan dari selisih
harga yang bergerak. Mekanisme “price discovery” atau pembentukan harga yang
wajar akan terjadi apabila ada kelompok ini.
Apa kabar usaha jualan kambing Hj Samson?
Lapak yang disediakan untuk Hj Samson tidak membawa
keberuntungan. Kambing yang terjual hanya 2 ekor sedangkan yang tersisa 23 ekor
harus terus diempani oleh Hj Samson. Setelah Lebaran Haji, lapak itu juga harus
dikosongkan, ini membuat Hj Samson pusing tujuh keliling mikirkan mau dikemanakan
kambing-kambingnya yang belum laku.
Anty ikut bersedih, tetapi merasa puas karena ayahnya
mengaku kalah. Aktivitas yang dijalankan oleh Anty membutuhkan kerja keras,
menganalisa pasar butuh kepiawaian, kejelian dan disiplin, itu kerjaan dengan
teknologi walaupun tidak keluar keringat, tetapi menguras tenaga mental.
Spekulasi yang dilakukan oleh Hj Samson berakhir dengan
kerugian, karena dia mengandalkan sesuatu yang pernah dia lakukan dan berfikir
semuanya akan seperti tahun-tahun lalu. Ternyata dengan kepemimpinan yang baru,
DKI Jakarta tidak terjadi pasar ternak yang kumuh dan bau.
Dua orang ini melakukan aktivitas yang sama, yaitu mencari
keuntungan, tetapi di pasar yang berbeda. Satu di pasar fisik yang kurang jelas,
yang satu di pasar perdagangan berjangka dengan segala aturannya demi menjaga
terbentuknya harga yang wajar. Dan kedua-dua manusia ini adalah spekulan.
Spekulan – Malaikat berjubah Hitam, atau, Iblis berjubah
Putih ?
No comments:
Post a Comment